Sejak Rabu (13/1/2021) malam, masyarakat ramai dan geram melihat unggahan di media sosial tentang sekelompok orang yang berpesta tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Padahal, ada dari mereka yang mendapat vaksinasi Covid-19 gelombang pertama.

Vaksin yang dibuat dari virus yang diinaktivasi, protein ataupun zat biologis dari virus atau kuman lain ditujukan agar sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi untuk melawan kuman. Namun, vaksin perlu waktu untuk menginduksi imunitas tubuh. Selama antibodi belum terbentuk, risiko terkena Covid-19 tetap tinggi.

Menurut Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Indonesia yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil, CoronaVac, vaksin produksi Sinovac Biotech China, diberikan lewat dua kali penyuntikan dengan jarak dua minggu. Hal itu untuk memastikan agar kadar antibodi cukup tinggi guna menetralkan SARS-CoV-2.

Dua minggu setelah penyuntikan pertama, antibodi akan terbentuk dan baru sempurna dalam waktu satu bulan setelah penyuntikan kedua. Setelah itu, kadar antibodi akan turun perlahan. Kusnandi dan tim sedang meneliti sampai kapan imunitas bisa bertahan. Ada 540 dari 1.620 sukarelawan yang diperiksa titer antibodinya setiap tiga bulan.

Pada tiga bulan pertama, titer antibodi cukup tinggi. Imunogenisitas terukur 99,23 persen. Dia memperkirakan, antibodi bisa bertahan hingga satu tahun. Setelah itu, perlu booster (suntikan penguat).

Satu bulan

”Sebetulnya antibodi yang terbentuk akan lebih tinggi jika jarak penyuntikan satu bulan,” kata Kusnandi.

Karena itu, ia akan mengusulkan hal tersebut jika situasi mulai tenang. Selain imunitas lebih maksimal, jarak penyuntikan satu bulan memungkinkan antrean di puskesmas tempat vaksinasi lebih teratur dan tidak terlalu ramai. Orang yang mendapat dosis kedua tidak bertemu dengan yang akan disuntik dosis pertama.

Vaksin CoronaVac dibuat dari virus yang dimatikan. Karena itu, tidak perlu khawatir tertular Covid-19 dari vaksin. Namun, masih ada kemungkinan orang yang telah divaksinasi tertular virus korona dari orang lain. Hanya saja, gejalanya ringan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Selain titer antibodi juga diteliti efikasi, efektivitas, dan keamanan vaksin pada semua sukarelawan. Keamanan CoronaVac dinilai baik. Efek samping yang ada relatif ringan, terbatas pada bengkak kecil atau agak kemerahan di lokasi suntikan, demam ringan (37-38,4 derajat celsius), serta sedikit pusing. Sejauh ini tidak ada yang mengalami efek samping serius.

Baca juga: Mencegah Alergi Vaksin Korona

Menurut Kusnandi, vaksin yang ada masih mampu menetralkan strain atau galur baru virus hasil mutasi saat ini. Penyebabnya, bentuk virus belum banyak berubah.

Vaksin dapat mencegah seseorang jatuh sakit, demikian laman Johns Hopkins Medicine. Akan tetapi, belum diketahui apakah orang yang telah divaksinasi dapat membawa dan menularkan virus kepada orang lain.

Meski ada vaksinasi, untuk memutus rantai penularan, masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, menjaga kebersihan, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Apalagi masih banyak yang belum divaksin, seperti anak-anak, ibu hamil, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta berat.

 

Leave a comment

window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag('js', new Date()); gtag('config', 'G-QDZP4FP41N');