IQ (Intelligence Quotient) sering kali dianggap sebagai penentu dan kunci kesuksesan seseorang. Dengan memperoleh hasil nilai IQ yang tinggi, seseorang diasumsikan akan meraih banyak pencapaian dalam hidup. Namun, beberapa kritikus beranggapan bahwa kecerdasan bukan satu-satunya jaminan untuk kesuksesan seseorang. Selain  itu, kemampuan dan kecerdasan manusia akan terlalu sempit bila hanya distandarkan dan diukur sebatas konsep IQ saja. Oleh sebab itu, saat ini dunia kerja yang semakin kompetitif juga memperhatikan kemampuan EQ selain dari kemampuan IQ.

EQ (Emotional Quotient) ,merupakan ukuran kemampuan seseorang untuk mengatasi atau mengatur emosi pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain. Berbeda dengan IQ yang merupakan ukuran  intelektual seseorang, EQ menunjukan kecerdasan emosional seseorang. Kemampuan  memahami dan mengekspresikan emosi dapat memegang peran yang setara, bahkan lebih penting dalam cara seseorang menjalani hidup. Seorang psikologis, Daniel Goleman, melakukan penelitian yang menunjukan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan 80% sisanya ditentukan oleh faktor kecerdasan emosional.

Kesuksesan profesi seseorang seringkali bergantung pada kemampuannya dalam membaca sinyal dari orang lain dan cara menanggapinya. Dengan memiliki emotional intelligence  skills akan  membantu untuk lebih mengerti orang lain, berempati dan bernegosiasi di dunia kerja dunia telah menjadi semakin global dan membutuhkan kemampuan setiap individu untuk tetap berhubungan dan bersaing. Kemampuan seseorang untuk mengerti orang lain akan secara tidak langsung mendukung untuk mampu bekerja sama dengan baik.

Terdapat 5 kategori yang dapat mendeskripsikan EQ dan mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja:

  1. Kesadaran Diri. Kemampuan seseorang untuk mengenal dirinya sendiri dan dapat menyadari saat emosi tersebut datang. Kesadaran diri juga menjadikan seseorang untuk mengenali emosinya serta dampak. Apabila seseorang mampu mengenali emosinya, maka akan lebih mudah untuk mengendalikan emosi tersebut.

Setiap orang membutuhkan kesadaran akan diri dan emosinya, sehingga dapat mengerti cara berperilaku dan berpikir dalam dunia kerja. Karyawan dengan EQ rendah juga lebih cenderung menyalahkan orang dan merasa menjadi korban. Namun dengan kesadaran diri, seseorang mampu mengenali kelemahannya dan cara mengatasi kelemahan tersebut.

 

  1. Pengendalian Diri. Kemampuan seseorang untuk memegang kendali terhadap dirinya walaupun dibawah pengaruh emosi. Impuls yang mengganggu seperti marah, depresi dan kegelisahan dapat memberi pengaruh negatif terhadap perilaku seseorang. Pengendalian diri dibutuhkan agar dapat mengendalikan perilaku dan pemikirannya dibawah pengaruh emosi.

Pekerja yang tidak dapat mengendalikan diri akan membawa dampak buruk bagi performa kerja diri sendiri dan lingkungan kerjanya. Performa kerja akan terhambat apabila emosi mengendalikan diri seseorang dan fokus orang tersebut teralihkan. Pekerja yang baik adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dibawah tekanan dalam lingkungan kerja.

 

  1. Motivasi. Mampu memotivasi diri dengan tujuan yang jelas dan perilaku positif, serta keinginan dan komitmen seseorang untuk mencapai suatu keunggulan dan kesuksesan. Hal ini akan mendorong individu untuk tetap optimis dan memandang segala sesuatu dengan positif saat masalah terjadi.

Dalam  bekerja, untuk fokus terhadap tujuan merupakan salah satu kunci kesuksesan. Motivasi yang kuat terhadap goals dari pekerjaan akan membuat pekerja tetap berusaha secara optimis dan berperilaku positif di dunia kerja. Dengan motivasi dan fokus yang tepat akan memudahkan karyawan untuk menyelesaikan tugas lebih cepat.

 

  1. Empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengidentifikasi perasaan orang lain. Saat seseorang mampu mengenali sinyal yang diberikan orang lain, maka akan semakin mudah untuk tahu signal yang harus diberikan kepada orang lain.

 Dengan empati, seseorang akan mampu mengantisipasi, mengenali dan memberikan kebutuhan orang lain. Empati juga membantu seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang-orang di lingkungan kerjanya, baik dengan sesama karyawan, tim dan atasan.

 

  1. Sosialisasi. Bersosialisasi merupakan kemampuan yang penting dalam hidup dan dunia kerja. Mampu menjalin hubungan baik memberikan akses untuk seseorang dapat mempengaruhi orang lain.

Dengan bersosialisasi, karyawan akan memiliki kemampuan untuk mengerti, bernegosiasi dan menyelesaikan masalah. Sosialisasi juga menjadikan karyawan mampu menjalin hubungan baik terhadap orang-orang dilingkungan kerja, yang akan menguntungkan bagi karir karyawan tersebut.

Hal-hal tersebut menunjukan bahwa EQ seseorang sangat berpengaruh terhadap performa dalam  perjalanan karir seseorang. Begitu juga yang diharapkan kepada karyawan Indofood untuk dapat terus meningkatkan kualitas EQ agar dapat memposisikan diri di tempat yang tepat dan menyesuaikan diri dengan situasi dan keadaan.  Gabungan antara EQ dan IQ yang baik akan membentuk kinerja prima dari karyawan, serta memberi kontribusi positif terhadap karir karyawan dan bersama-sama memajukan Indofood. (TMI – Dirangkum dari berbagai sumber)

                                       

Leave a comment

window.dataLayer = window.dataLayer || []; function gtag(){dataLayer.push(arguments);} gtag('js', new Date()); gtag('config', 'G-QDZP4FP41N');